Tulisan ini saya buka dengan statement empiris.
Untuk menang, seorang Capres harus berada di tengah peta SNA. Titik.
Saya berani berkata demikian karena, peta Social Network Analysis (SNA) yang pernah kami buat satu bulan sebelum pilpres 2004 dan menggunakan lebih dari 70,000 artikel dari 110 media menunjukan posisi SBY pada saat itu sangat dominan dan ditengah peta SNA saat itu. Padahal saat itu megawati adalah incumbent.
Yang juga terlihat di SNA 2004, JK sebagai pendamping SBY memiliki posisi sedikit lebih kesamping berdampingan dengan SBY. Di peta SNA 2004 tersebut, cawapresnya Wiranto dan Megawati tidak terlihat sama sekali. Mereka tidak signifikan dalam peta SNA 2004 tersebut sehingga SBY adalah satu-satunya capres yang memiliki kawan dalam pertempuran di 2004.
Marti kita lihat SNA 10 hari terakhir.
Saya sengaja membuat dua SNA kali ini. Yeng pertama dari tanggal 16 Juni sampai 20 Juni sedangkan yang kedua untuk lima hari terakhir. SNA yang pertama menunjukan sesuatu yang baru. Sesuatu yang belum pernah terlihat sejak pertama kali SNA pilpres ini kami buat di bulan April. Didalam SNA yang pertama ini, gambar JK lebih besar dari gambar SBY! Ini merubah sesuatu yang sifatnya sudah konstant untuk SNA pilpres yang kami buat setiap minggu sejak bulan April.
Kenapa ini signifikan? Karena jika gambar JK lebih besar dari gambar SBY, artinya untuk pertama kalinya JK di peta SNA 2009 ini memiliki "Degree of Influence" yang lebih besar dari SBY. Dengan kata lain, ada pergerakan signifikan dari pemetaan isu politik selama 5 hari yang membuat JK lebih signifikan dari SBY.
Satu hal yang membuat ini signifikan untuk saya adalah trend. Sama juga dengan survey politik, SNA harus dilihat dari dimensi waktu juga. Bukan hanya bentuk SNA atau nilai survey seorang Capres yang penting. Trendnya yang harus diawasi. Faktanya selama lebih dari satu bulan, SBY selalu ada di posisi yang sama; di tengah dan dominan (gambarnya lebih besar) di tengah peta SNA. Jika tiba-tiba dalam satu periode, JK menunjukan pergerakan kearah yang benar, tentu saja ini menunjukan trend yang positif untuk JK.
Sayangnya untuk 5 hari pertama, JK hanya meningkat secara influence tapi tidak secara centrality. Maksud saya, dalam lima hari pertama ini, gambar JK membesar tetapi posisinya di SNA tetap berada disamping dan SBY tetap di tengah.
Tetapi ini berubah untuk SNA kedua atau SNA 5 hari terakhir. Untuk pertama kalinya Posisi JK mulai bergerak ke tengah. Bandingkan posisi JK di SNA pertama dan SNA yang kedua. Dengan sangat jelas, Gambar JK bergerak ke tengah dengan adanya isu-isu disebelah kanan atas JK. 
Sejak bulan April, tidak pernah posisi JK itu bergerak ke tengah seperti terlihat di SNA yang kedua. Sekali lagi, trend.
Salah satu efek langsung yang bersangkutan dengan pergerakan JK ini adalah terjadinya penambahan jarak antara SBY dan Cawapresnya Boediono di SNA yang kedua jika dibandingkan dengan SNA yang pertama. "Perpisahan" ini adalah signal adanya sedikit "defensive position" oleh tim SBY-Boediono yang sebelumnya belum pernah dilakukan. Kembali lagi saya akan mengatakan trend adalah alasan mengapa penambahan jarak ini signifikan. Selama ini, tim sukses SBY-Boediono telah berhasil mendominasi SNA dengan pemetaan isu yang dilakukan dengan sangat kalkulatif melalui koordinasi yang ketat. Pemisahan seperti yang terlihat di SNA kedua ini menunjukan sedikit kepanikan sistemik yang mengharuskan SBY dan cawapresnya melakukan hal yang berbeda dari sebulan sebelumnya.
Apa sih yang menyebabkan gebrakan JK didalam 10 hari terakhir yang berbeda dengan sebulan sebelumnya? Jawaban saya dari kaca mata SNA; Debat putaran satu.
Debat yang sangat membosankan itu membuat orang lupa akan kharisma SBY besok paginya. Yang dibicarakan akhirnya adalah substansi dari topik-topik yang diangkat secara membosankan dalam debat tersebut. Dan kalau kita bicara substansi, secara frekuensi dan variasi, JK memiliki kelebihan dari SBY. Setidaknya JK berhasil mengangkat isu-isu jawaranya dalam debat mereka yang kemudian diasung sebagai topik pembicaraan di 110 media selama 10 hari.
Jika "assumption of causality" dari debat yang berdampak positif ke JK ini benar, tentu saja ini akan menjadi kabar gembira untuk tim sukses JK. Sayangnya, perkembangan positif inipun hadir dengan satu berita buruk untuk JK: He is out of time. Memang betul gambar JK bertambah besar dan posisinya mulai bergerak ke tengah. Namun pergerakan ini adalah suatu momentum yang memerlukan waktu lebih dari 10 hari untuk mencapai nilai optimum.
Jika dalam sepuluh hari kedepan, posisi JK tidak bersebelahan dengan SBY, ini berarti JK tidak berhasil mendongkrak elektibilitasnya. Tim SBY "defense position" bahkan bisa dialihkan menjadi serangan-serangan substansial ke tim JK-Win dalam 10 hari kedepan yang mengembalikan dominasi SBY sebelum 10 hari terakhir. Ini sangat mungkin.
Disisi lain, jika tim JK-Win dapat mengkoordinasikan pesan-pesan politik mereka 10 hari kedepan dengan menggunakan rambu-rambu SNA ini sebagai skala prioritas pemetaan isu, bukan tidak mungkin elektabilitas JK akan meningkat.
Apakah hal ini akan cukup membawa JK ke pintu kemenangan 8 Juli nanti? No. Menurut saya, kemungkinan terbaik untuk JK-Wiranto adalah masuk keputaran kedua. Peta SNA kedua dan semua isunya adalah momentum untuk JK yang harus dioptimalkan. Semua isu disitu adalah golden opportunity untuk sepuluh hari terakhir. Tim sukses JK harus menggerakan seluruh jajarannya untuk memastikan JK berada di tengah di SNA minggu depan.
Untuk menang, seorang Capres harus berada di tengah Peta SNA. Titik. Mampukan JK bergerak ketengah dalam 10 hari kedepan?
Jika minggu depan posisi JK berada di tengah peta SNA bersebelahan dangan SBY, saya berani menggaransi bahwa akan ada putaran kedua. Dan jika hal itu terjadi, saya akan mengusulkan tim sukses JK-Win merubah slogan kampanye mereka dari "Lebih Cepat Lebih Baik" menjadi "Pelan tapi Pasti".
Cartaidem
PS: Untuk tim Megawati: Let Prabowo do his job intensely and aggresively. It is your best chance... menurut SNA loh..