Rabu, 08 April 2009

SNA Partai-Partai Peserta Pemilu 2009

Terus terang, setelah kami melakukan SNA untuk masing-masing Partai, temuan yang paling signifikan untuk kami adalah fakta bahwa hampir semua Partai menggunakan kata-kata sama dalam memposisikan dirinya. Ini cukup membingungkan untuk kita-kita pemilih. Secara normatif, jika dunia politik ini dalah dunia periklanan, maka dapat dibayangkan kalau slogan Teh Botol juga digunakan oleh Coca-Cola, Pepsi, Frestea, Fanta dan lain lain. Hasilnya tentu saja akan membuat konsumen cukup bingung.

Kami merasa, kondisi pesan Partai-Partai saat ini sama seperti contoh tersebut diatas. Kalau semua partai menggunkan kata-kata konseptual seperti "Rakyat", "Politik" dan "Daerah"sebagai pesan inti, maka bagaimana kita-kita dapat membedakan mereka?

Secara matematis, perbedaan antara Partai hanya akan dapat terlihat dari sisi relative positioning dan bukan absolute positioning. Karena itu, kami melakukan Social network analysis (SNA) dengan beberapa partai ungtuk melihat perbdaan relatif tadi. Hasilnya ya gambar diatas.

Semakin besar ukuran lingkaran dengan nama Partai, semakin besar Degree Of Influence yang dimiliki partai tersebut setidaknya dalam konteks media. Kembali lagi, adanya garis tebal berarti ada korelasi tinggi antara kata-kata tersebut dengan si Partai.

Posisi kedekatan antara Partai juga menunjukan kesamaan mereka bukan dari idelogi tapi dari kata-kata yang mereka gunakan di media. Jangan kaget kalau ada Partai yan secara ideologi terpisah tapi memiliki posisi kedekatan di SNA ini.

Kesimpulan kami dari gambar diatas juga tidak jauh dari sebelumnya:
1. Untuk Partai, walaupun ada perbedaan realtif antara satu dan lainnya, pada dasarnya tidak ada perbedaan signifikan yang menunjukan pesan-pesan politik yang unik dari satu atau dua Partai.
2. PKS adalah satu-satunya Partai yang memilki positioning tersendiri dibanding partai lainnya. Artinya mereka benar-benar memiliki SOP dalam konteks kampanye sehingga menimbulkan single positioning dimension. Ini dapat dilihat dari posisi SNA PKS yang berada di posisi sendiri di sebelah kiri.
3. PDIP secara degree of influence (besar kecilnya lingkaran) adalah satu-satunya Partai yang dapat menandingi PKS dalam distribusi pesan mereka.
4. Posisi Gokar dan Demokrat sebagai partai Dwi Tunggal SBY-JK, walau dekat, tidak memiliki kesamaan dalam pesan politik mereka sehingga ada pemisahan didalam penempatan lingkaran mereka oleh komputer SNA.
5. Kecilnya lingkaran Gerindra walau dengan iklan terbesar menunjukan bahwa pesan politik yang tersapaikan di media lebih kuat ke Prabowo dibandingkan ke Partainya.

SNA ini menggunkan hampir 1 juta artikel dari 150 media cetak dan media online. Jika seluruh kata-kata di SNA ini kita hapus, maka yang terlihat adalah posisi relatif setiap partai dibandingkan partai-partai lainnya. Semakin dekat posisi mereka, semakin "sama" pesan-pesan poilitin mereka. Demikian juga sebaliknya. Besar kecilnya lingkaran, menunjukan nilai keberhasilan mereka dalam memberikan pesan politik mereka untuk media.

SNA Partai-partai tanpa kata-kata terlihat seperti dibawah ini:

SNA PKS

SNA Partai yang satu ini secara matematis memiliki penyebaran korelasi dangan kata-kata yang mencakup banyak hal yang bisa dianggap sebagai isu utama dalam kampanye 2009.

Untuk kami yang menganalisa data dari ratusan ribu artikel, penyebaran ini menjadi sesuatu temuan yang signifikan. Apapun kubu politik anda, satu hal yang dapat kami sampaikan dari SNA PKS ini adalah mereka adalah satu-satunya Partai yang bergerak, berbicara dan berkampanye dengan kalkusi dalam dan komprehensif.

Accidetal distribution atau penyebaran kata-kata yang tidak strategis akan sangat mudah terjadi dalam konteks SNA yang menggunakan ratusan ribu artikel apa lagi kita bicara Partai yang memiliki banyak corong suara. Sebaliknya, jika kata-kata dengan korelasi tinggi dibawah ini dapat membentuk suatu pemikiran strategis, artinya si Partai benar-benar kalkulatif dalam pergerakan mereka.

Tentu saja, ada yang akan beropini bahwa jika seseorang sangat kalkulatif dalam bergerak, maka ada kemungkinan orang itu tidak genuine. Kami jelas tidak mungkin memberikan kesimpulan itu disini. Di dunia kami, kesimpulan seperti itu di definisikan sebagai fallacy of causality. Namun, itu sah-sah saja untuk setiap orang yang akan mencontreng tanggal 9 nanti.

SNA Demokrat

SNA Demokrat sebagai Partai yang saat ini berkuasa, setidaknya di kursi Presiden menunjukan suatu posisi yang bisa dibilang sebagai parameter defense.

Ini SNA Partai pertama yang kami lihat dimana secara jalas terbentuk korelasi tinggi dengan nama banyak pemain yang notabene bisa dianggap sebagai lawan politik SBY. Secara matematis, artinya Partai demokrat sangat merata dalam memberikan response kepada semua statement lawan-lawan politiknya SBY.

Kecuali Gerindra yang memiliki korelasi tinggi dengan nama Wiranto yang bisa dianggap mush utama Prabowo, SNA Demokrta memilki korelasi tinggi bukan hanya dengan SBY, tapi juga Megawati, Kalla, Wiranto dan bahkan Gus (dari Gus Dur).

Sekali lagi, tingginya korelasi bukan berarti Partai Demokrat membicarakan lawan politik SBY secara positif. Bahkan sebaliknya, dapat diasumsikan secara mudah bahwa lawan-lawan politik yang dianggap bisa menggagu posisi SBY mendapatkan response yang cukup keras dari Partai Demokrat.

SNA PDIP

Sepertinya jika kita terus fokus kepada tiga kata-kata tertinggi, maka bisa dibilang semua Partai menyuarakan hal yang sama. "Politik", "Rakyat" dan "Daerah". Dengan kata lain, tidak ada point of differentiation antara partai-partai yang bisa memberikan kita petunjuk yang membedakan mereka.

Namun, jika kita masuk ke area diluar tiga kata-kata tertinggi tersebut, mulai terlihat banyak perbedaan.

PDIP sebagai partai oposisi, misalnya, adalah Partai Pertama yang terlihat memiliki korelasi tinggi dengan kata-kata "masalah", "harga", "KPK" terlihat lebih dominan dibanding Partai-partai yang kami tunjukan sebelumnya. Ini masuk akal, karena PDIP akan menunjukan problematika sistimatis pemerintah saat ini dengan menyuarakan kelemahan-kelemahan termasuk kasus korus dan harga-harga.

Selasa, 07 April 2009

SNA Golkar

Ini adalah Partai ketiga yang kita analisa. Dan terus terang suatu pattern mulai keluar dari banyak SNA partai. Esensinya, mereka menggunakan kata-kata yang bisa dibilang sama dalam menjelaskan posisi mereka.

Kata-kata "Rakyat", "Politik" dan "Daerah" lagi-lagi mendomnasi SNA Golkar. TIga kata-kata ini adalah kumpulan kata-kata normatif dalam berkampanye. Yang disayangkan, kalau semua partai menggunkan kata-kata yang sama dalam berkampanye, yang bingung ya jelas rakyat karena tidak akan bisa membedakan satu partai dan lainnya.

Golkar, juga terlihat jelas mengusung Ketua Umumnya dalam berkampanye. terlihat dengan adaanya kata-kata "Kalla" dalam barisan kata yang memiliki korelasi tinggi dengan Partai ini.


SNA Gerindra

SNA yang di bentuk dari lebih dari 100 ribu artikel dari 150 media cetak ini menunjukan suatu gambar yang cukup menarik. Yang paling menarik untuk kami adalah nama "Wiranto" terlihat sebagai satu nama yang memiliki korelasi lebih besar dari nama "Parabowo". Nama Prabowo sendiri tidak terlihat sebagai nama yang dianggap oleh mesin SNA sebagai nama yang memiliki korelasi tinggi. Aneh? menurut kami yang orang awam, sangat aneh.

Setelah kami lakukan pengecekan lebih dalam dengan artikel-artikel yang menjadi basis SNA ini, terlihat ada gap antara kampanye Gerindra dan kampanye Parbowo sebagai Capres dari Partai berlambang garuda ini.

Secara matematis Gap ini menunujukan fokus kampanye Prabowo sebagai Capres lebih kuat dibandingkan kampanye Gerindra sebagai Partai. Dengan demikian, di dalam SNA dimana Gerindra -bukan Prabowo- sebagai fokus utama, nama Prabowo sendiri tidak terlihat sebagai "kata" yang signifikan. Apakah ini sesuatu yang disengaja atau tidak, hanya tim Pak Prabowo yang tahu.

Perlu diingat nilai korelasi secara matematika jangan disamakan dengan frequency atau jumlah kata-kata.

Empat kata-kata yang memiliki korelasi paling tinggi di SNA Gerindra ini adalah:
1. Rakyat
2. Politik
3. Demokrasi
4. Daerah

Di dalam SNA untuk Partai Gerindra ini, ada juga dua kata-kata yang memilki korelasi tinggi walaupun bukan yang tertinggi. Kata-kata tersebut adalah:
1. Ulama
2. HAM

Kembali lagi, kami tidak merasa kompeten untuk memberikan analisa politik sehubungan dengan Partai Gerindra dari dua kata tersebut diatas. Silahkan berpendapat...

Cartaidem

SNA Hanura

Social network Analysis (SNA) berdasarkan lebih dari 100 ribu artikel dari 150 media cetak dimana Partai Hanura disebutkan. SNA menunjukan skala prioritas Partai Hanura atau "main content" dari posisi Partai Hanura.




Tiga kata-kata yang memiliki korelasi paling tinggi di dalam perhitungan SNA untuk Partai Hanura adalah:
1. Wiranto
2. Rakyat
3. Politik

Yang juga menarik, ada dua kata-kata yang memiliki korelasi cukup tinggi walaupun bukan yang tertinggi si SNA Partai Hanura ini:
1. HAM
2. Daerah.

Apa artinya? Silahkan menginterpertasikan dengan hati nurani anda sendiri...

Cartaidem

Social network Analysis (SNA)- An Introduction

Social Network Analysis atau SNA adalah suatu metodologi yang dipelopori oleh Harrison White di Universitas Harvard di Amerika tahun 1970an. Popularitas metode ini melonjak akhir-akhir ini dengan peningkatan kemampuan "data capture" di bidang Teknologi Informasi. Jangan tertipu dengan nama canggih seperti Social network analysis. Konsepnya sebenarnya mudah. Coba lihat gambar diatas. Tanpa harus menjadi ahli SNA, kita dengan mudah akan tahu skala prioritas dari orang yang sedang melompat ketakutan itu (sebut saja Joni). Kalau Joni berteriak-teriak dan dalam teriakannya itu dia menggunakan 120 kata-kata, kita dapat mencari tahu kata-kata apa yang memiliki korelasi tinggi dengan Joni saat itu dengan menggunakan metoda SNA. Tebal tipisnya garis yang menghubungkan Joni dengan kata-kata digambar atas menunjukkan tingkat korelasi antara Joni dan kata-kata tersebut, semakin tebal garisnya menunjukan korelasi yang semakin tinggi.

Esensinya, Joni sedang ketakutan karena garis tebalnya berhubung dengan kata-kata: "Takut", "Lari" dan "Awas". Di sisi lain, kata-kata "tenang", "aman", "senang" memiliki korelasi rendah dengan Joni karena garis penghubungnya kecil. Dengan kata lain, kalau kita mau ngobrol sama Joni, mungkin sebaiknya menunggu dia Gampang kan?

Apa hubungan dengan politik? Bayangkan jika kita mengumpulkan ratusan ribu artikel yang memuat jutaan kata di seluruh Media yang ada di Indonesia. Lalu kita lihat satu persatu artikel dimana didalamnya ada tulisan mengenai satu partai politik, Golkar misalnya. Dengan metode SNA, semua artikel-artikel itu dapat menjadi basis untuk mengetahui skala prioritas Partai Gokar. Syaratnya, harus artikel dari semua media cetak dan bukan hanya dari satu media saja. Jika hal ini dilakukan dengan dalam jangka waktu yang mencukupi, maka kita tahu skala prioritas Golkar dengan mudah tanpa harus membaca 100 ribu artikel.

Itu lah SNA.

Cartadiem

Senin, 06 April 2009

Inspirasi kami

Welcome bloggers!

Kalau mau jujur, di blog ini nggak ada ide yang original. Kita ini pemulung data dan pemulung ilmu. Inspirasi utama kami adalah website yang bernama neoformix.com. Banyak analisa yang kita lakukan juga menggunakan tool gratis dari wordle.net. Jadi esensi paling dalam, kita ini adalah komunitas manusia tanpa ide original tapi ingin ikut kontribusi karena pada akhirnya kita pun bingung mau pilih siapa.

Dari rasa bingung dan keinginan kuat untuk tidak bergabung dengan Partai Golput, kami nekad mengumpulkan semua data tentang dunia politik dari media dan melakukan analisa matematis. Bahasa kerennya text mining dan visual analytics. Sebisa mungkin, kami tidak mmeberikan interpertasi diluar dari hasil analisa itu sendiri. Jadi kamu-kamu yang ahli politik, jika mau memberikan sumbangan opini dalam konteks politik, silahkan please monggo mangga.

Gambar dibawah ini yang kami ambil dari Neoformix.com adalah contoh bentuk-bentuk analisa yang akan kami lakukan mulai hari ini. Gambar ini menunjukan perbandingan pilihan kata-kata Obama dan McCain dalam pidato mereka di konvensi partainya masing-masing. Yang pasti ada perbedaan yang cukup signifikan sehingga seorang pemilih dapat mengeri skala prioritas masing-masing kandidat.


Jika kita menempatkan 100 orang diruangan yang sama untuk memberikan interpertasi dari gambar diatas, maka ada kemungkinan akan ada 100 opini yang berbeda. Tentu saja kita semua tahu Obama yang menang. Nah, pertanyaannya sekarang jadi seperti ini; Jika kita mengumpulkan data yang sama untuk pilpres 2009 di Indonesia, apakah kita bisa tahu siapa yang akan menang? Maybe. Maybe yes, maybe no.

Only time will tell...

Cartaidem